Sinopsis Sorop
Film Sorop (2024) adalah film horor Indonesia yang disutradarai oleh Upi Avianto dan diadaptasi dari thread viral karya SimpleMan.
Cerita film ini berfokus pada dua saudara kandung, Hanif dan Isti, yang kembali ke rumah masa kecil mereka di sebuah desa terpencil setelah menerima kabar bahwa Pakde Khair, kerabat dekat mereka, sedang sakit keras. Namun, sesampainya di sana, Pakde Khair meninggal secara misterius di depan mata mereka.
Setelah kematian Pakde, Hanif dan Isti mulai mengalami gangguan gaib, terutama saat menjelang waktu magrib, yang dalam kepercayaan Jawa dikenal dengan istilah "sorop", yakni waktu ketika makhluk halus dipercaya mulai berkeliaran. Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan rumah tersebut.
Penelusuran keduanya mengungkap bahwa Pakde Khair pernah menjalankan ritual gaib bernama "Puasa Sorop". Dalam ritual ini, orang yang melakukannya hanya berbuka dengan tanah dari kuburan. Tujuan dari ritual tersebut tidak dijelaskan secara gamblang, namun memiliki kaitan dengan kekuatan supranatural.
Hanif dan Isti menghadapi teror dari arwah Pakde Khair yang tidak tenang. Mereka harus mengungkap misteri ritual tersebut untuk menghentikan gangguan yang semakin membahayakan nyawa mereka.
Review Pribadi
Saya sebenarnya juga bukan penggemar SimpleMan. Monmaap, menurut saya, cerita-ceritanya berantakan, apalagi bahasa Jawanya. 😂 Risih banget sebenernya kalau saya baca. Sorop ini harusnya juga surup. Sorop jadi dibacanya kek "ngokop" 🤣
Tapi ya gitu deh. Meski sudah nonton KKN di Desa Penari dua seri, lalu lanjut ke Sorop, alasannya lebih karena penasaran. Biasanya habis nonton film, baru deh cek thread-nya di X.
Plot utamanya sebenarnya cukup menarik, apalagi dengan bumbu khas Jawa Timuran. So, bisa dibilang Sorop sebenarnya punya potensi horor yang besar. Ada unsur budaya juga yang diselipkan, jadi mestinya bisa kasih tontonan yang terasa Indonesia banget.
Di Letterboxd, banyak yang bilang film ini membosankan karena cuma bersetting di rumah tua. Menurut saya, ya memang rumah itulah sumber “masalah”-nya. Masa iya ceritanya dibawa ke mal? Yang jadi soal mungkin justru eksekusinya. Jumpscare-nya berulang-ulang, pengembangan karakter juga minim. Akhirnya penonton bosan dan setting jadi kambing hitam.
Padahal banyak kok film bagus yang cuma pakai satu lokasi, kayak Buried atau Locke. Dua-duanya tetap bisa bercerita dengan efektif. Jadi bukan salah settingnya juga. Sorop pun sebenarnya pindah-pindah ruangan, tapi ya tetap aja, sampai ending pun teriakan “SINOOOOMMM” sudah gak serem lagi. Malah bikin rolling eyes karena terlalu sering dipakai.
Padahal Egy Fedly itu potensial banget dibikin segarang dan seseram itu. Semacam kek Kiky Narendra yang lebih ada di mana-mana ketimbang Reza Rahadian. Jadi buat saya, dengan plot yang sebenarnya simpel tapi terasa dipanjang-panjangin, ya wajar kalau film ini dibilang membosankan. Gak ada formula baru, cuma ramai teriak-teriak “sinom sinom” doang.
Rating 5/10
Review by MakCar
Baca juga: Kuasa Gelap: Horor Religi Katolik Indonesia ala The Priests
Follow akun Instagram Seenema id untuk berbagai review film bagus lainnya!
Komentar
Posting Komentar