Sinopsis Dendam Malam Kelam
Jefri (Arya Saloka), seorang dosen yang tiba-tiba diangkat menjadi direktur di perusahaan milik keluarga istrinya, Sofia (Marissa Anita), diam-diam menjalin hubungan terlarang dengan mahasiswinya, Sarah (Davina Karamoy). Demi melanggengkan hubungan gelap mereka, Jefri dan Sarah merencanakan pembunuhan terhadap Sofia. Setelah Sofia tewas, keduanya menyusun alibi untuk menghindari kecurigaan.
Namun, situasi berubah ketika jasad Sofia tiba-tiba menghilang dari kamar mayat sebelum proses autopsi. Penyidik kepolisian Arya Pradana (Bront Palarae) ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini. Seiring penyelidikan berjalan, berbagai misteri mulai terungkap, dan hubungan Jefri dan Sarah mulai retak akibat rasa bersalah dan kecurigaan. Pertanyaan pun muncul: apakah Sofia benar-benar meninggal, ataukah ada kekuatan lain yang bermain?
Review Pribadi
Film ini merupakan remake dari film Spanyol berjudul The Body (El Cuerpo), karya sutradara dan penulis naskah brilian Oriol Paulo. Film ini sudah lebih dulu diadaptasi oleh beberapa negara seperti India dan KorSel. Dan versi Indonesia ini termasuk yang paling setia dengan materi aslinya, dengan penyesuaian cerdas terhadap konteks sosial dan budaya lokal Indonesia.
Buat yang belum pernah menonton The Body atau remake-nya, saya sarankan langsung nonton tanpa membaca sinopsis atau apa pun itu. Serius, semakin sedikit kalian tahu, semakin besar rasa takjub saat twist-nya terungkap. Ini tipe film yang paling seru kalau ditonton dalam keadaan “buta”. Oleh karenanya, setelah ini langsung skip aja bacanya.
Karena saya sudah tahu twist-nya, saya menikmati sisi lain: memperhatikan detail dan petunjuk yang disisipkan sejak awal. Dan ternyata, banyak sekali hint yang ditanam rapi untuk penonton jeli. Ceritanya tetap menegangkan walau sudah tahu ujungnya.
Akting Saloka dan Palarae sangat solid—intens dan lugas. Anita, Ayudya, dan Karamoy juga memberikan performa yang seimbang, menjadikan ansambel ini terasa matang dan kuat. Naskah dan struktur plot-nya rapi, walau ada beberapa elemen yang terasa tidak perlu—namun tidak mengganggu ritme keseluruhan.
Satu hal yang agak mengganggu justru datang dari soundtrack “Aku yang Salah” yang penempatannya terasa kurang pas—terutama ketika sound film dan reff lagu seperti saling bertabrakan. Sebaliknya, soundtrack utama yang dinyanyikan Ghea Indrawari terasa jauh lebih pas. Lagu ini berhasil menangkap tone film yang kelam, sendu, dan penuh misteri dan menyatu dengan atmosfer cerita.
Kredit khusus wajib diberikan pada Oriol Paulo, penulis cerita aslinya yang luar biasa. Jangan lupa tonton juga karyanya yg lain seperti The Invisible Guest dan Mirage—dua film thriller Spanyol yang nggak kalah brilian.
Singkatnya, Danial Rifky berhasil membawa film ini menjadi salah satu adaptasi/remake terbaik yang pernah dibuat oleh perfilman Indonesia. Setia pada sumber, kuat dalam eksekusi, dan penuh kejutan.
Rating: 8/10
Review by Irfanharr
Baca juga: Control Freak: Sang Motivator yang Tak Mampu Menolong Diri Sendiri
Follow akun Instagram Seenema id untuk berbagai review film bagus lainnya!
Komentar
Posting Komentar