Sinopsis Control Freak
Valerie "Val" Nguyen (diperankan oleh Kelly Marie Tran) adalah seorang pembicara motivasi sukses yang tengah mempersiapkan tur internasionalnya. Namun, di balik kesuksesannya, Val menyimpan rahasia: dorongan tak terkendali untuk menggaruk bagian belakang kepalanya. Dorongan ini semakin parah setelah kematian ibunya, Chi, dalam kecelakaan perahu saat Val masih kecil.
Ketika Val membutuhkan akta kelahirannya untuk keperluan tur, ia terpaksa menghubungi kembali keluarganya yang telah lama terasing. Bibi Thuy mengarahkannya kepada ayahnya, Sang, seorang mantan tentara yang kini menjadi biksu. Hubungan mereka tegang karena trauma masa lalu, termasuk kematian Chi dan sejarah kecanduan Sang.
Sang menceritakan kisah rakyat Vietnam tentang Sanshi, roh parasit yang mengendalikan inangnya hingga kehancuran. Val awalnya skeptis, namun setelah menemukan foto-foto lama ibunya dengan ruam misterius, ia mulai percaya bahwa kutukan itu nyata.
Review Pribadi
Hal pertama yang bikin bingung setelah nonton film ini: kenapa judulnya Control Freak? Soalnya sepanjang film, kesan “freak karena ingin mengontrol” tuh nggak terlalu kelihatan di permukaan. Tapi makin dipikir-pikir, ternyata judul itu cukup dalam maknanya. Nggak literal, tapi lebih ke simbolik dan psikologis.
Val, karakter utama, digambarkan sebagai pembicara motivasi yang sukses banget. Kelihatannya sih hidupnya teratur dan rapi. Tapi ternyata, dia punya dorongan aneh yang nggak bisa dia tahan—selalu ingin menggaruk bagian belakang kepalanya. Dorongan itu makin parah setelah ibunya meninggal.
Kebiasaannya itu ternyata bukan sekadar gangguan biasa. Ini semacam simbol dari konflik yang dia alami. Di luar, dia tampil sempurna. Tapi di dalam, pikirannya porak-poranda. Ada tekanan besar buat kelihatan kuat, padahal sebenarnya dia sedang berjuang sendirian.
Film ini nunjukin gimana trauma masa lalu bisa muncul lagi dalam bentuk yang nggak kita duga. Bukan cuma bikin sakit hati, tapi bisa bikin sakit secara fisik juga. Val terus berusaha ngatur hidupnya supaya tetap “on track”. Tapi justru karena terlalu ingin mengontrol semuanya, dia malah makin hancur. Obsesi itu malah berubah jadi sesuatu yang merusak dirinya sendiri.
Ada juga elemen mitos yang cukup kuat. Sanshi, roh parasit dari cerita rakyat Vietnam, hadir bukan cuma buat serem-sereman. Ia jadi lambang dari trauma yang menurun. Luka batin yang nggak disembuhkan, bisa terus nyangkut sampai ke generasi selanjutnya. Jadi semacam kutukan yang nggak putus-putus.
Yang menarik, Val ini juga mewakili fenomena yang sering kita lihat sekarang—budaya motivasi diri alias self-help. Pesannya selalu sama: harus kuat, harus positif, harus bisa kendalikan diri. Tapi film ini kayak mau bilang, kadang kita butuh berhenti sok kuat dan mulai minta bantuan. Karena emosi manusia tuh nggak bisa disetelin kayak tombol.
Melihat semua simbol dan metafora di atas, harusnya ini memang jadi film yang menarik. Mungkin kayak Mother!-nya Jlaw? Tapi sayangnya enggak. Klimaksnya gak rapi, dan malah jadi antiklimaks. Dalam beberapa waktu, film ini akan sudah dilupakan.
Rating 4/10
Review by MakCar
Baca juga: Companion: Karena Bukan Cuma Manusia yang Bisa Tersakiti
Follow akun Instagram Seenema id untuk berbagai review film bagus lainnya!
Komentar
Posting Komentar