Langsung ke konten utama

Sore: Istri dari Masa Depan, Kisah Cinta yang Menembus Batas Waktu

Sinopsis Sore: Istri dari Masa Depan Jonathan, seorang fotografer idealis asal Indonesia yang tinggal di Kroasia, hidup menyendiri dengan kebiasaan buruk—minum-minuman keras, merokok, dan sering begadang.  Suatu pagi, muncul seorang perempuan misterius bernama Sore, yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Kehadirannya awalnya disambut dengan skeptis oleh Jonathan.  Sore datang dengan misi penting: menyelamatkan Jonathan dari masa depan buruk yang menantinya—disebut-sebut bahwa Jonathan bakal meninggal akibat serangan jantung.  Untuk mencegah hal itu, Sore perlahan membenahi gaya hidup Jonathan, mulai dari membuang alkohol dan rokok, mengatur pola tidur dan makanan, mengajak berolahraga (lari pagi). Sore pun menunjukkan pengorbanan fisik akibat perjalanan waktu: seperti mimisan hingga pingsan.  Ceritanya berkembang sebagai sebuah perjalanan emosional yang intens. Jonathan digiring untuk menghadapi realitas, tentang masa depan, pilihan hidup, dan cinta waktu. Re...

Adolescence: Ketika Bullying Berujung pada Tragedi

 

Adolescence: Ketika Bullying Berujung pada Tragedi

Sinopsis Adolescence

Jamie Miller, seorang remaja 13 tahun, ditangkap atas tuduhan pembunuhan terhadap teman sekolahnya, Katie Leonard. Penangkapan Jamie menggemparkan keluarganya dan komunitas sekitarnya, memaksa mereka menghadapi kenyataan pahit dan mencari jawaban atas tindakan Jamie. 

Melalui proses investigasi dan sesi dengan psikolog forensik, terungkap bahwa Jamie mengalami perundungan kronis melalui media sosial. Teman-teman sekelasnya, termasuk Katie, menargetkannya dengan sebutan seperti "incel" dan komentar merendahkan lainnya. Jamie mulai menginternalisasi pandangan negatif ini, yang memengaruhi perilakunya secara signifikan. 

Sementara itu, keluarganya harus menghadapi tekanan dan stigma dari masyarakat, berjuang untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana menghadapi situasi tersebut.

Review Pribadi

Akting, plot, dan penyutradaraannya memang kelas! Tapi, yang paling menarik menurut saya adalah teknik sinematografi one-shot. Setiap episode dalam series ini direkam dalam satu pengambilan gambar kontinu tanpa pemotongan. 

Pendekatan ini menciptakan pengalaman menonton yang imersif dan menegangkan, seolah-olah penonton menyaksikan peristiwa secara real-time. 

As far as I know, menerapkan teknik one-shot memerlukan persiapan yang sangat matang. Sutradara Philip Barantini dan sinematografer Matthew Lewis melakukan perencanaan detail dan latihan intensif bersama para aktor untuk memastikan setiap adegan berjalan lancar. Terutama saat harus berganti dari scene satu dengan yang lainnya.

Bahkan, kabarnya mereka juga kudu latihan koreografi untuk menyelaraskan pergerakan kamera dengan aksi para aktor. 

Untuk mendukung pengambilan gambar yang mulus, tim produksi menggunakan kamera DJI Ronin 4D. Kamera ini memungkinkan transisi yang seamless antara pengambilan gambar handheld dan drone, sehingga adegan dapat berpindah dari dalam ruangan ke luar ruangan tanpa pemotongan. 

Salah satu contoh menonjol adalah adegan di episode kedua. Ini paling—bener-bener harus diapresiasi—ketika kamera berpindah dari dalam sekolah, terbang melintasi kota, dan mendarat di lokasi memorial. Ini tuh semuanya dilakukan dalam satu pengambilan gambar kontinu. LITERALLY NO CUTS!

Konon, setiap episode dialokasikan waktu tiga minggu untuk produksi. Minggu pertama digunakan untuk latihan adegan demi adegan hingga menjadi "muscle memory" bagi para aktor. Minggu kedua melibatkan kru teknis untuk menyusun transisi dan pergerakan kamera. Minggu terakhir dipakai untuk pengambilan gambar sebenarnya, dengan target sepuluh pengambilan per episode. 

Hasilnya? Suspense-nya dapet dan sangat realistis. Adegan pembunuhannya sendiri bisa dikatakan hampir tidak ada. Cuma ada diceritakan dalam dialog dan ada sedikit footage yang gak gitu jelas diperlihatkan di video laptop. Tapi, sampai selesai, berat betul di rasa dan pikiran.

Menontonnya bener-bener kerasa seolah-olah jadi bagian dari peristiwa yang terjadi. Emosi dan dinamika karakter pun jadi terasa sampai ke gerakan-gerakan mimiknya, sorot matanya. Jadi lebih intim, tanpa distraksi dari pemotongan adegan. 

Secara keseluruhan, penerapan teknik one-shot dalam serial Adolescence enggak hanya menunjukkan keahlian teknis yang luar biasa. Hal ini juga memperkaya narasi dengan memberikan kedalaman emosional yang kuat, menjadikannya salah satu tontonan yang patut diapresiasi di Netflix.

Rating 8/10

Review MakCar


Follow akun Instagram Seenema.id untuk berbagai review film bagus lainnya!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secrets We Keep: Misteri Hilangnya Au Pair yang Mengungkap Luka Sosial

Sinopsis Secrets We Keep Di sebuah kawasan elit di pinggiran Kopenhagen, hampir setiap keluarga mempekerjakan au pair asal Filipina. Cecilie (Marie Bach Hansen), seorang eksekutif sukses, hidup bersama suaminya Mike (Simon Sears) dan anak-anak mereka, dibantu oleh Angel (Excel Busano), au pair mereka yang setia. Kehidupan mereka yang tampak sempurna terguncang ketika Ruby (Donna Levkovski), sahabat Angel yang juga bekerja sebagai au pair untuk tetangga mereka, Rasmus (Lars Ranthe) dan Katarina (Danica Curcic), tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Cecilie merasa bersalah karena sebelumnya menolak permintaan bantuan Ruby yang ingin meninggalkan rumah majikannya. Bersama Angel dan detektif Aicha (Sara Fanta Traore), Cecilie mulai menyelidiki hilangnya Ruby. Penyelidikan ini membuka tabir rahasia kelam di balik kehidupan mewah komunitas mereka, termasuk eksploitasi, kekerasan seksual, dan penyalahgunaan kekuasaan. Review Pribadi Berjudul asli Reservatet, mini series Netflix dari Denmark ini t...

Dendam Malam Kelam: Adaptasi Film The Body Versi Indonesia

Sinopsis Dendam Malam Kelam Jefri (Arya Saloka), seorang dosen yang tiba-tiba diangkat menjadi direktur di perusahaan milik keluarga istrinya, Sofia (Marissa Anita), diam-diam menjalin hubungan terlarang dengan mahasiswinya, Sarah (Davina Karamoy). Demi melanggengkan hubungan gelap mereka, Jefri dan Sarah merencanakan pembunuhan terhadap Sofia. Setelah Sofia tewas, keduanya menyusun alibi untuk menghindari kecurigaan. Namun, situasi berubah ketika jasad Sofia tiba-tiba menghilang dari kamar mayat sebelum proses autopsi. Penyidik kepolisian Arya Pradana (Bront Palarae) ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini. Seiring penyelidikan berjalan, berbagai misteri mulai terungkap, dan hubungan Jefri dan Sarah mulai retak akibat rasa bersalah dan kecurigaan. Pertanyaan pun muncul: apakah Sofia benar-benar meninggal, ataukah ada kekuatan lain yang bermain? Review Pribadi Film ini merupakan remake dari film Spanyol berjudul The Body (El Cuerpo), karya sutradara dan penulis naskah brilian Oriol Paul...

The Zone of Interest: Potret Kehidupan “Nyaman” di Tepi Auschwitz

  Sinopsis The Zone of Interest Rudolf Hoss adalah seorang kamerad Nazi yang bertugas di kamp konsentrasi Auschwitz. Dia punya rumah yang cukup besar, berlokasi tepat di samping kamp tersebut. Di dalamnya, dia tinggal bersama istrinya, Hedwig dan 5 anaknya. Hedwig adalah gambaran ibu rumah tangga yang “normal”. Sehari-harinya dia berusaha mewujudkan gambaran dream home-nya di masa kecil, suatu rumah yang nyaman, dengan pekarangan yang luas, kolam renang kecil untuk anak-anaknya, sembari berkebun beragam bunga, buah, dan sayuran. Penonton dapat menyaksikan bagaimana sempurna dan idealnya rumah keluarga Hoss ini, dengan Hedwig sebagai “Queen of Auschwitz”. Namun, rumah yang sempurna dan ideal itu berbagi tembok pembatas dengan kamp konsentrasi. Review Pribadi So, selagi penonton disuguhkan visualisasi betapa sempurnanya rumah Rudolf dan Hedwig, penonton juga bisa mendengar teriakan penjaga kamp, jeritan para penghuni, bahkan nyala api yang ganas dan juga asap-asap kamar gas yang meng...