Langsung ke konten utama

Tukar Takdir: Di Antara Sisa Reruntuhan dan Rasa Bersalah

Sinopsis Tukar Takdir Penerbangan Jakarta Airways 79 hilang kontak dan ketika ditemukan, Rawa (Nicholas Saputra) adalah satu-satunya penumpang yang selamat membawa pulang luka-luka dan trauma. Selain menjadi saksi dalam investigasi jatuhnya pesawat, Rawa juga menjadi penyambung duka maupun amarah putri tunggal dari pilot, Zahra (Adhisty Zara) dan istri penumpang yang bertukar tempat duduk dengannya, Dita (Marsha Timothy). Review Pribadi Reuni Mouly Surya bersama Nicholas Saputra dan Marsha Timothy akhirnya terwujud lewat Tukar Takdir. Kolaborasi ini menarik sejak awal, terlebih karena filmnya mengusung genre petaka yang jarang digarap dalam perfilman lokal. Premis ceritanya sederhana, namun di tangan Mouly Surya, eksekusinya terasa matang. Alur yang rapi dan pendekatan naratif yang tenang tetapi menghantam emosi penonton, membuat kisahnya hidup. Film ini menggarisbawahi satu pesan penting: setiap orang memiliki cara berbeda dalam menghadapi tragedi dan menerima kehilangan, sejalan deng...

The Zen Diary: Film tentang Hidup yang (Seharusnya) Selaras dengan Alam

 

The Zen Diary: Film tentang Hidup yang (Seharusnya) Selaras dengan Alam

Sinopsis The Zen Diary

​"The Zen Diary" adalah film Jepang tahun 2022 yang disutradarai oleh Yuji Nakae, diadaptasi dari esai karya Tsutomu Mizukami. Film ini mengisahkan kehidupan Tsutomu (diperankan oleh Kenji Sawada), seorang penulis esai yang memilih tinggal sendiri di pegunungan Nagano. Dalam kesehariannya, Tsutomu menulis, memasak makanan sederhana menggunakan sayuran yang ia tanam, dan jamur yang ia kumpulkan dari hutan sekitarnya. ​

Kehidupan Tsutomu yang tenang sesekali terganggu oleh kunjungan Machiko (diperankan oleh Takako Matsu), editornya yang juga menjadi teman dekat dan minat cintanya. Machiko sering datang untuk meminta naskah terbaru sekaligus menikmati masakan Tsutomu. Meskipun Tsutomu tampak puas dengan rutinitasnya, ia masih bergulat dengan kenangan mendiang istrinya, yang telah meninggal 13 tahun lalu, dan belum menyebarkan abunya. ​

Film ini mengeksplorasi kehidupan sederhana yang selaras dengan alam, menampilkan proses memasak yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, serta interaksi hangat antara Tsutomu dan orang-orang di sekitarnya. Visual film ini memanjakan mata dengan pemandangan hutan dan pegunungan, serta tampilan masakan yang menggugah selera. ​

Review Pribadi

“12 months of seasons, 12 months of gratitude.”

Demikian yang tertulis di poster.

Dimulai di bulan Maret ketika salju masih menutupi pegunungan tempat Tsutomu tinggal, cerita pun bergerak santai bulan demi bulan, musim demi musim.

Tsutomu diceritakan sedang dalam proses menuliskan kesehariannya untuk diterbitkan di majalah. Sesekali akan ada Machiko, editornya, yang datang untuk mengecek perkembangan tulisan sekaligus menikmati masakan Tsutomu.

Keseharian Tsutomu di film ini setidaknya bicara tentang tiga hal; menyiapkan bahan masakan, memasak makanan, dan menikmati makanan.

Kutipan di awal soal musim, erat kaitannya dengan hidup (baca: makan) selaras dengan alam. Yang tumbuh di musim itu, itulah yang dimasak/makan. Bila berlebih, awetkan untuk dinikmati di musim lainnya.

Soal memasak makanan, Tsutomu mendapat pengaruh besar dari masa singkat hidupnya bersama pendeta Zen (hence, The Zen Diary). Yang ia pelajari, “Berikan perhatian penuhmu pada bahan-bahannya dan perlakukan dengan hati-hati. Benamkan dirimu dalam setiap proses. Jangan menganggapnya sebagai sekadar proses menyiapkan.”

Kalimat tersebut tergambarkan dengan memuaskan di setiap adegan memasak. Seolah-olah memasak merupakan kegiatan sakral bagi Tsutomu.

Soal menikmati makanan, ada beberapa adegan yang memperlihatkan acara makan bersama. Food, indeed, tastes the best when eaten together. Selain itu, production wise, adegan makan bersama ini menciptakan dinamika bagi film.

Selain soal makanan, melihat keseharian Tsutomu hidup sendiri, di daerah pegunungan, berdampingan dengan alam, seperti mengajak orang kota yang hidupnya serba cepat untuk memikirkan kembali nosi slow living.

Menonton The Zen Diary, bikin ingat Perfect Days (2023) yang belum lama saya tonton. Keduanya menawarkan hidup yang biasa, kegiatan repetitif, namun bagi si pelaku, keseharian seperti itu justru meditatif. Tertarik?

Rating 9/10

Review by @mandewi

Baca juga: Dune: Part Two – Epik Sci-Fi yang Masih Tetap Grande dan Memukau

Follow akun Instagram Seenema.id untuk berbagai review film bagus lainnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secrets We Keep: Misteri Hilangnya Au Pair yang Mengungkap Luka Sosial

Sinopsis Secrets We Keep Di sebuah kawasan elit di pinggiran Kopenhagen, hampir setiap keluarga mempekerjakan au pair asal Filipina. Cecilie (Marie Bach Hansen), seorang eksekutif sukses, hidup bersama suaminya Mike (Simon Sears) dan anak-anak mereka, dibantu oleh Angel (Excel Busano), au pair mereka yang setia. Kehidupan mereka yang tampak sempurna terguncang ketika Ruby (Donna Levkovski), sahabat Angel yang juga bekerja sebagai au pair untuk tetangga mereka, Rasmus (Lars Ranthe) dan Katarina (Danica Curcic), tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Cecilie merasa bersalah karena sebelumnya menolak permintaan bantuan Ruby yang ingin meninggalkan rumah majikannya. Bersama Angel dan detektif Aicha (Sara Fanta Traore), Cecilie mulai menyelidiki hilangnya Ruby. Penyelidikan ini membuka tabir rahasia kelam di balik kehidupan mewah komunitas mereka, termasuk eksploitasi, kekerasan seksual, dan penyalahgunaan kekuasaan. Review Pribadi Berjudul asli Reservatet, mini series Netflix dari Denmark ini t...

Sore: Istri dari Masa Depan, Kisah Cinta yang Menembus Batas Waktu

Sinopsis Sore: Istri dari Masa Depan Jonathan, seorang fotografer idealis asal Indonesia yang tinggal di Kroasia, hidup menyendiri dengan kebiasaan buruk—minum-minuman keras, merokok, dan sering begadang.  Suatu pagi, muncul seorang perempuan misterius bernama Sore, yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Kehadirannya awalnya disambut dengan skeptis oleh Jonathan.  Sore datang dengan misi penting: menyelamatkan Jonathan dari masa depan buruk yang menantinya—disebut-sebut bahwa Jonathan bakal meninggal akibat serangan jantung.  Untuk mencegah hal itu, Sore perlahan membenahi gaya hidup Jonathan, mulai dari membuang alkohol dan rokok, mengatur pola tidur dan makanan, mengajak berolahraga (lari pagi). Sore pun menunjukkan pengorbanan fisik akibat perjalanan waktu: seperti mimisan hingga pingsan.  Ceritanya berkembang sebagai sebuah perjalanan emosional yang intens. Jonathan digiring untuk menghadapi realitas, tentang masa depan, pilihan hidup, dan cinta waktu. Re...

A Working Man: Jason Statham Tampil Gahar dengan Gaya Blue-Collar

Sinopsis A Working Man Levon Cade (Jason Statham) adalah mantan Royal Marine Commando yang kini bekerja sebagai mandor konstruksi di Chicago. Ia tak hanya mencintai pekerjaannya, tapi juga menjalin ikatan erat dengan keluarga majikannya, Garcia—Joe, Carla, dan putri mereka, Jenny. Di samping itu, Levon tengah berjuang untuk mendapat hak asuh anaknya sendiri, Merry, setelah kematian istrinya dan konflik dengan mertuanya yang menolak ia bertemu anaknya. Dalam suatu malam, Jenny diculik oleh sindikat Bratva (mafia Rusia). Orangtuanya melapor ke polisi tapi tak mendapat hasil, hingga mereka meminta bantuan kepada Levon. Awalnya, Levon menolak karena ingin menjauhi masa lalunya. Namun setelah didesak oleh sahabatnya, Gunny (teman veteran buta yang pernah berperang bersamanya), ia pun setuju. Review Pribadi Well, ini sebuah film banal sebenarnya. Mantan sesuatu yang jagoan jadi orang biasa, terus harus nolong orang. Bener-bener cuma “jualan” nama Statham. Dan, yah seperti biasa, Statham mema...