Langsung ke konten utama

Rangga & Cinta: The Rebirth of Ada Apa dengan Cinta?

Sinopsis Rangga & Cinta Cinta adalah seorang gadis SMA populer yang hidup dengan nyaman. Ia berbakat dan berprestasi, dikelilingi oleh sekelompok teman setia yang terdiri dari Alya yang bijak, Karmen yang tomboi, Maura yang centil, dan Milly yang telmi. Suatu hari, Cinta mengikuti lomba menulis puisi tahunan di sekolahnya. Namun, Cinta tidak menang, pemenang lomba tersebut adalah seorang siswa bernama Rangga, yang namanya tidak begitu dikenal di sekolah tersebut. Berawal dari kejadian tersebut, Cinta dan Rangga mulai tidak menyukai satu sama lain, yang lama-lama tumbuh menjadi asmara. Review Pribadi Jika Ada Apa Dengan Cinta? (2002) dulu berhasil menjadi ikon film remaja Indonesia, maka R&C rasanya bisa menjadi rebirth yang segar dan menyenangkan. Kisahnya masih setia dengan AADC klasik, bahkan latar waktunya pun tetap sama. Dan menurutku, ini keputusan tepat, di mana unsur budaya masa itu seperti mading, radio, puisi, buku loak, dan suasana sekolah era pra-digital  yang sa...

The Zen Diary: Film tentang Hidup yang (Seharusnya) Selaras dengan Alam

 

The Zen Diary: Film tentang Hidup yang (Seharusnya) Selaras dengan Alam

Sinopsis The Zen Diary

​"The Zen Diary" adalah film Jepang tahun 2022 yang disutradarai oleh Yuji Nakae, diadaptasi dari esai karya Tsutomu Mizukami. Film ini mengisahkan kehidupan Tsutomu (diperankan oleh Kenji Sawada), seorang penulis esai yang memilih tinggal sendiri di pegunungan Nagano. Dalam kesehariannya, Tsutomu menulis, memasak makanan sederhana menggunakan sayuran yang ia tanam, dan jamur yang ia kumpulkan dari hutan sekitarnya. ​

Kehidupan Tsutomu yang tenang sesekali terganggu oleh kunjungan Machiko (diperankan oleh Takako Matsu), editornya yang juga menjadi teman dekat dan minat cintanya. Machiko sering datang untuk meminta naskah terbaru sekaligus menikmati masakan Tsutomu. Meskipun Tsutomu tampak puas dengan rutinitasnya, ia masih bergulat dengan kenangan mendiang istrinya, yang telah meninggal 13 tahun lalu, dan belum menyebarkan abunya. ​

Film ini mengeksplorasi kehidupan sederhana yang selaras dengan alam, menampilkan proses memasak yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, serta interaksi hangat antara Tsutomu dan orang-orang di sekitarnya. Visual film ini memanjakan mata dengan pemandangan hutan dan pegunungan, serta tampilan masakan yang menggugah selera. ​

Review Pribadi

“12 months of seasons, 12 months of gratitude.”

Demikian yang tertulis di poster.

Dimulai di bulan Maret ketika salju masih menutupi pegunungan tempat Tsutomu tinggal, cerita pun bergerak santai bulan demi bulan, musim demi musim.

Tsutomu diceritakan sedang dalam proses menuliskan kesehariannya untuk diterbitkan di majalah. Sesekali akan ada Machiko, editornya, yang datang untuk mengecek perkembangan tulisan sekaligus menikmati masakan Tsutomu.

Keseharian Tsutomu di film ini setidaknya bicara tentang tiga hal; menyiapkan bahan masakan, memasak makanan, dan menikmati makanan.

Kutipan di awal soal musim, erat kaitannya dengan hidup (baca: makan) selaras dengan alam. Yang tumbuh di musim itu, itulah yang dimasak/makan. Bila berlebih, awetkan untuk dinikmati di musim lainnya.

Soal memasak makanan, Tsutomu mendapat pengaruh besar dari masa singkat hidupnya bersama pendeta Zen (hence, The Zen Diary). Yang ia pelajari, “Berikan perhatian penuhmu pada bahan-bahannya dan perlakukan dengan hati-hati. Benamkan dirimu dalam setiap proses. Jangan menganggapnya sebagai sekadar proses menyiapkan.”

Kalimat tersebut tergambarkan dengan memuaskan di setiap adegan memasak. Seolah-olah memasak merupakan kegiatan sakral bagi Tsutomu.

Soal menikmati makanan, ada beberapa adegan yang memperlihatkan acara makan bersama. Food, indeed, tastes the best when eaten together. Selain itu, production wise, adegan makan bersama ini menciptakan dinamika bagi film.

Selain soal makanan, melihat keseharian Tsutomu hidup sendiri, di daerah pegunungan, berdampingan dengan alam, seperti mengajak orang kota yang hidupnya serba cepat untuk memikirkan kembali nosi slow living.

Menonton The Zen Diary, bikin ingat Perfect Days (2023) yang belum lama saya tonton. Keduanya menawarkan hidup yang biasa, kegiatan repetitif, namun bagi si pelaku, keseharian seperti itu justru meditatif. Tertarik?

Rating 9/10

Review by @mandewi

Baca juga: Dune: Part Two – Epik Sci-Fi yang Masih Tetap Grande dan Memukau

Follow akun Instagram Seenema.id untuk berbagai review film bagus lainnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secrets We Keep: Misteri Hilangnya Au Pair yang Mengungkap Luka Sosial

Sinopsis Secrets We Keep Di sebuah kawasan elit di pinggiran Kopenhagen, hampir setiap keluarga mempekerjakan au pair asal Filipina. Cecilie (Marie Bach Hansen), seorang eksekutif sukses, hidup bersama suaminya Mike (Simon Sears) dan anak-anak mereka, dibantu oleh Angel (Excel Busano), au pair mereka yang setia. Kehidupan mereka yang tampak sempurna terguncang ketika Ruby (Donna Levkovski), sahabat Angel yang juga bekerja sebagai au pair untuk tetangga mereka, Rasmus (Lars Ranthe) dan Katarina (Danica Curcic), tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Cecilie merasa bersalah karena sebelumnya menolak permintaan bantuan Ruby yang ingin meninggalkan rumah majikannya. Bersama Angel dan detektif Aicha (Sara Fanta Traore), Cecilie mulai menyelidiki hilangnya Ruby. Penyelidikan ini membuka tabir rahasia kelam di balik kehidupan mewah komunitas mereka, termasuk eksploitasi, kekerasan seksual, dan penyalahgunaan kekuasaan. Review Pribadi Berjudul asli Reservatet, mini series Netflix dari Denmark ini t...

Dendam Malam Kelam: Adaptasi Film The Body Versi Indonesia

Sinopsis Dendam Malam Kelam Jefri (Arya Saloka), seorang dosen yang tiba-tiba diangkat menjadi direktur di perusahaan milik keluarga istrinya, Sofia (Marissa Anita), diam-diam menjalin hubungan terlarang dengan mahasiswinya, Sarah (Davina Karamoy). Demi melanggengkan hubungan gelap mereka, Jefri dan Sarah merencanakan pembunuhan terhadap Sofia. Setelah Sofia tewas, keduanya menyusun alibi untuk menghindari kecurigaan. Namun, situasi berubah ketika jasad Sofia tiba-tiba menghilang dari kamar mayat sebelum proses autopsi. Penyidik kepolisian Arya Pradana (Bront Palarae) ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini. Seiring penyelidikan berjalan, berbagai misteri mulai terungkap, dan hubungan Jefri dan Sarah mulai retak akibat rasa bersalah dan kecurigaan. Pertanyaan pun muncul: apakah Sofia benar-benar meninggal, ataukah ada kekuatan lain yang bermain? Review Pribadi Film ini merupakan remake dari film Spanyol berjudul The Body (El Cuerpo), karya sutradara dan penulis naskah brilian Oriol Paul...

The Zone of Interest: Potret Kehidupan “Nyaman” di Tepi Auschwitz

  Sinopsis The Zone of Interest Rudolf Hoss adalah seorang kamerad Nazi yang bertugas di kamp konsentrasi Auschwitz. Dia punya rumah yang cukup besar, berlokasi tepat di samping kamp tersebut. Di dalamnya, dia tinggal bersama istrinya, Hedwig dan 5 anaknya. Hedwig adalah gambaran ibu rumah tangga yang “normal”. Sehari-harinya dia berusaha mewujudkan gambaran dream home-nya di masa kecil, suatu rumah yang nyaman, dengan pekarangan yang luas, kolam renang kecil untuk anak-anaknya, sembari berkebun beragam bunga, buah, dan sayuran. Penonton dapat menyaksikan bagaimana sempurna dan idealnya rumah keluarga Hoss ini, dengan Hedwig sebagai “Queen of Auschwitz”. Namun, rumah yang sempurna dan ideal itu berbagi tembok pembatas dengan kamp konsentrasi. Review Pribadi So, selagi penonton disuguhkan visualisasi betapa sempurnanya rumah Rudolf dan Hedwig, penonton juga bisa mendengar teriakan penjaga kamp, jeritan para penghuni, bahkan nyala api yang ganas dan juga asap-asap kamar gas yang meng...